Minggu, 06 November 2011

cerpen


Engkau takkan pernah tahu

CERPEN

                       
DIBALIK RENCANA
(TEKA-TEKI HIDUP UNTUK SESEORANG)


(adigun)
SMA MUHAMMADIYAH MATARAM
XII IPA 2
2010/2011

                                    


Engkau takkan pernah tahu,,,,,,,,
Kini malam telah berlalu memusnahkan semua lelap sang insan, alam pun mulai  memungut bintang-bintang yang pecah berhamburan dalam kegelapan malam, bulan yang tersenyum kini muram ditelan malu. Saat semua harus mengakui kelemahannya bahwa ada raja diatas raja, semua hanya permainan belaka dibalik hijaunya hutan rimba, terbangunkan suara sang penciptanya.
 Bana yang masih terlupa dengan mata yang enggan terbuka pun terbangun melangkahkan kakinya memenuhi panggilan tersebut, meski terbawa nikmat malam namun kekuatan hatinya mampu merobohkan dinding kemalasan dan kegelapan yang selalu membelenggunya. Degupan jantung yang berperang dalam hatinya menambah warna kenikmatan dalam hidupnya sebagai makhluk kecil tak berdaya, kekuatan tersebut mampu menepis keindahan warna fatamorgana lelapnya malam, dingin dan cengkraman malam adalah teman yang slalu menemani langkahnya dalam kasendirian tersebut menuju kemenangan tertutup nista.
Dengan rasa yang sudah tak terbayangkan Bana memulai harinya, detakkan jantungnya berirama dengan deru motor yang tengah berteriak didepan rumahnya, Bana yang sudah siap dengan perlengkapan dan keprluannya seakan mengusik ibunya untuk mengikuti langkah yang tak hentinya mengajak berlari. Terlalu berat hatinya untuk melepas pakaian putih biru yang selama ini setia menemani selama tiga tahun, namun apa daya hal tersebut harus terjadi dan digantikan dengan seragam kebanggaan yang lain. Mimpi mungkin akan menjadi bunga tidur namun mimpi adalah jalan kecil menuju persimpangan. Bersama dengan ibunya Bana menuju kota meninggalkan kampungnya  untuk  menuntut ilmu.
Seiring waktu yang berjalan terlihat gerak kendaraan Bana yang melemah, bukan karna kelelahan ataupun motor yang enggan merjalan melainkan karna arah yang dituju membingungkan dan memanggil keringat Bana keluar untuk memikirkan arah langkahnya, kening yang mengkerut menandakan kebuntuan akan jalan yang dituju,  bersama itu mentari tersenyum menyengat raga, menunjukan dia penguasa hari itu. Berkat bantuan seorang tukang ojek maka semuanyapun dapat diselesaikan.
Langit seakan runtuh menindih bumi yang berputar, air terjun tak lagi mengalir, seakan lautan ikut mengering karnanya, itulah rasa penat yang kini membelit fikiran dan perasaan Bana.  Setelah terpontang panting dengan segala cerita hari itu Bana harus berpuas dengan apa yang harus diterimanya, dengan bermodalkan ijazah kampungnya, ternyata hal tersebut tidak cukup untuk mengizinkan ia berlabuh dengan inginnya.
“mungkin ini bukan rezekinya”, ibu Bana berkata. Sambil menenangkan Bana dibawah pohon yang sibuk mendengarkan percakapan Bana dan ibunya.
dalam hati kecilnya Bana bergumam”ku yakin Allah telah menentukan hal terbaik untukku pada waktu dan cara yang lebih indah”
walaupun dalam hati kecilnya masih menyimpan rasa sedih, dia tidak bisa membayangkan harus menunda sekolahnya untuk tahun yang akan datang.
“Ayo saya antar daftar”, kakaknya mengajak kesekolah yang menurutnya bisa menjadi tempat belajar Bana walaupun hanya sekolah swasta.
Bersama kakaknya Bana mendaftar kesekolah tersebut dan pulang dengan hati yang memendam sejuta angan.
 dalam perjalanannya dia bertemu dengan seorang gadis yang benama Vhira, dengan kelembutan dan paras cantiknya Vhira menjadi pujaan setiap lelaki yang memandangnya, rambutnya hitam menggelapkan setiap pandangan yang bertebaran, tutur katanya yang lembut membuka telinga untuk tidak terdiam dalam lamunan. Itulah yang membuat Vhira berbeda dengan wanita pada umumnya.
Tak sedikit lelaki terpikat oleh kecantikannya, kulit yang lembut menawan hati dan menyejukkan sanubari, rasa pun takkan terelakan darinya, Bana yang kini berteman dengan Vhira mendatangkan rasa iri bagi angin dan burung yang berlalu , mata hanya bisa terdiam bagai awan yang berarak di langit. Ketika memandang Vhira datang menghampiri, Bana terdiam dan terpaku ketika wanita tersebut menarik tangan Bana dan mengajaknya menuju trotoar jalan, Bana merasakan saat itu bagaikan sebuah mimpi yang tak pernah terbayangkan,helusan angin siang yang sejuk membawanya menerawang menyusuri lembah waktu. Namun tarikan tangan Vhira menyadarkan Bana dari detik lamunannya,bersama kakaknya Bana melepas senyum kebahagian sementara yang menghanyutkannya dalam lamunan.
Saat tiba dirumah Bana ditanya oleh bapaknya tempat ia mendaftar, setelah dijelaskan panjang lebar dan terlihat aura ketidaksetujuan bapaknya akan tempat ia bersekolah sehingga membuat perasaan Bana terpecah akan  semua ini, fikirannya kembali bertempur untuk menentukan satu diantara dua didalam hatinya.
“kenapa bersekolah disini, padahal masih banyak sekolah yang lain”, kata bapaknya, “semua sama saja kalau kita sendiri tidak mau berusaha” Bana membela. Namun apa daya  dia harus menghentikan suaranya, hela napas pendek terhembus menyatu dengan udara. Hanya   sang ibu yang selalu menemaninya yang  bisa memberikan dorongan dan kepercayaan kepada Bana akan jalan yang ingin dia tempuh dan berdoa agar Allah memberikan yang terbaik untuk semua ini.


















Ketegangan yang menunggu
Sore itu Bana bersama teman-teman kelasnya berkumpul penuh canda tawa,memang hari itu merupakan hari terakhir kebersamaan mereka.namun dari dalamrumah terdengar suara do’a dengan penuh harapan,disela itu juga terdengar rintihan hati dengan air mata yang ingin mengalir.pak haris yang memimpin doa itu memohon dengan khusuknya, mereka harus rela berpisah dengan teman-teman yang paling dicintainya,teman yang selama tiga tahun bersekolah dan mengikuti perjalanan hidup mereka.itulah suasana doa bersama bana dan teman-temannya sebagai wujud permohonannya dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi.
Detik-detik menegangkan itu akhirnya telah tiba, hamper tak satupun yang dapat tertidur lelap malam itu, bagaimana tidak, mereka telah membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya, hari-hari yang selama ini menjadi misteri telah tersingkap walaupun tak terlihat sempurna. Tetapi semua itu tidak akan pernah bisa menghancurkan segala apa yang telah menjadi cita-cita mereka. Hripun berganti dan menutup ketegangan itu dan membawa mereka menuju penantian yang melelahkan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar